Sumpah Pemuda, hanya seremonial belaka?

Tak terasa telah 83 tahun sumpah pemuda dikumandangkan, saya sebagai orang muda pun bersyukur akan hal ini. Karena saya masih sempat melihat perayaan sumpah pemuda dan tentunya semangat dalam diri yang berobar-kobar. Semangat para pemuda 83 tahun lalu pun bisa kita rasakan walaupun kadang sedikit. Isi sumpah pemuda sendiri ada tiga, yaitu: Kami bangsa Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami bangsa Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami bangsa Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Isi sumpah pemuda yang dikobarkan pada 28 Oktober 1928 ini sungguh mendalam apabila kita mau mencermatinya. Antara lain dan yang paling utama adalah mempersatukan semua pemuda-pemudi di seluruh daerah di Indonesia untuk mencapai satu tujuan, yaitu kemajuan bangsa. Seperti diketahui bahwa pada jaman 1928 suasana kedaerahan masih kental sehingga diperlukan suatu usaha untuk menipiskan perbedaan-perbedaan kedaerahan tersebut menuju kesamaan nasionalisme. Tapi cobalah tengok saat ini, apa yang terjadi pada pemuda kita?

Memang cukup miris saya menilainya, bayangkan saja bahwa peringatan Sumpah Pemuda ini hanya dijadikan seremonial belaka dan cuma rutinitas saban tahun. Bahkan ada mungkin anak muda yang tak hafal dengan isi sumpah pemuda tadi. Lalu bagaimana semangat 1928 bisa menular kalau teksnya saja tidak hafal? Semoga saja kita semakin sadar dan bisa lebih memaknai arti dari Sumpah Pemuda agar bisa menuju nasionalisme dan kemajuan bangsa.