Laman

Pencarian

Senin, 31 Oktober 2011

Kelam


“Hey Alif, kau sibuk gak nanti malam?”’ tanya sesorang kepadaku. Aku pun menoleh dan oh ternyata Budi sahabatku. “Kemana Bud? Jangan malam-malam ya?”, jawabku. “Halah kayak anak cewek aja kamu, sudahlah ikut aja, di tempat biasa ya. Bos udah nuggu tuh”, kata Budi. Ya sudahlah tak ada pilihan lain. Sebenarnya aku sangat malas ke sana, selain tak ada gunanya bisa dipastikan juga aku bisa tertangkap polisi. Tapi kalau pulang ke rumah aku tambah malas, soalnya tak ada pemandangan lain selain aku yang kesepian dan sunyi sendiri. Orang tuaku sih kerja terus, yang di rumah cuma ada bibi pembantu.

Jam 8 malam aku ke tempatnya si Bos sesuai janjiku pada Budi. Di sana Budi sudah menungguku dengan wajah masam. “Dasar kamu! Disuruh kesini jam 7 malam malah telat satu jam”, semprotnya. “Ya maaf bro, tadi aku ke rumah pacarku dulu. Biasalah mau apel, hehehe”, candaku. “Ya udah kamu langsung masuk aja, si Bos udah nunggu kamu tuh”, kata Budi padaku. Akhirnya aku pun masuk ke tempat si Bos. Ruang seukuran 16x20 itu sunguh mewah seperti hotel. “Wah kerja apa ya orang ini? Ruangannya mewah banget”, bahkan aku bisa lihat karpet yang digunakan alas lantai itu asli dari Persia. “Wow!”, batinku dalam hati. Kata Budi sih, kerja yang ditawarkan gampang banget dan cuma butuh kecerdikan aja buat lolos. Bayarannya gede sekitar 5 juta, belum termasuk bonus kalau kerjanya bagus. Aku sih udah sering main ke sini menemani Budi bertemu si Bos. Makanya kami sering menyebut ini sebagai tempat biasa.

Akhirnya sambil agak gugup aku pun mengetuk pintu yang gagangnya saja terbuat dari emas. Di situ tempatnya si Bos “berkantor”. Kuberanikan diri mengetuk pintu itu. “Permisi, selamat mala mom. Saya Alif temannya Budi om, yang biasanya kerja di sini”, kataku. “Oh masuk aja mas Alif, pintunya gak dikunci kok”, suara dibalik pintu itu terlihat ramah. Akhirnya aku masuk dan yang kulihat pertama kali adalah sosok wanita cantik, putih dan sepertinya masih ABG sedang menghadap Bos. “Oh jadi kamu ya yang namanya Alif?”, tanya orang itu. “Iya benar om, saya temannya Budi yang udah sering kerja di sini”, jawabku agak terbata-bata. Sejenak orang itu menoleh ke gadis cantik itu dan berkata, “Sisilia, bisa gak kamu keluar bentar? Aku masih ada bisnis sama si Alif. Nanti dilanjutin lagi ya”, kata si Bos. Wanita cantik itu pun mengangguk dan langsung pergi meninggalkan ruangan. Kini cuma aku dan si Bos di ruangan itu. Kami pun terlibat pembicaraan santai dan ternyata si Bos menawarkan pekerjaan menggiurkan, yaitu menjadi kurir narkoba. Ya ampun, pantas saja bisa dipastikan kalau aku bisa tertangkap polisis di sini. Namun kata si Bos kalau tempat persembunyian ini aman dan tak akan ketahuan polisi. Akhirnya kami sepakat dengan gaji pertamaku sebesar 5 juta rupiah.

“Gimana Lif sama si Bos?”, tanya Budi setelah aku keluar ruangan. “Beres Bud, semuanya lancar. Dan kita bisa kerja bareng”, kataku. Di benakku sudah terbayang akan pekerjaan ini. Sepulang sekolah aku pun langsung ke tempat si Bos dan langsung mengantarkan “barang” sesuai tempat tujuan. Awal kali pertama aku bisa mengelabuhi petugas. Dan lama-lama aku menjadi puas dan ketagihan akan pekerjaan ini, tentu saj selain karena uangnya juga karena kepuasan setelah dapat mengirimkan ke tempat tujuan. Aku pun mulai meciba-coba barang haram yang aku kirim sendiri. Mulai dari sabu, ekstasi dan obat-obatan yang aku sendiri tak tahu apa namanya namun jika aku mencobanya aku bisa nge-fly dan terbang seolah ke surge. Tak jarang Budi juga menemaniku nge-fly bersama, memang kami benar-benar sahabat bagai kepompong tak peduli baik atau buruk kami selalu bersama. Hingga suatu hari saat aku akan mengantarkan “barang” bersama Budi, kami dicegat oleh preman. Kami tidak takut karena mungkin saja preman-preman itu anak buah si Bos juga. Tapi ternyata setelah aku memberikan “barang” itu dan mereka buka ternyata isinya adalah sabu-sabu, aku dan Budi pun langsung ditangkap. “Jangan bergerak! Kami polisi, kami sudah lama mengincar kalian”, kata polisi itu sembari memborgol kami berdua. Ya ampun ternyata mereka itu polisi yang menyamar menjadi preman. Kami digelendang ke tempat polisi dan kulihat juga si Bos ditangkap. “Maafkan aku anak-anak, sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya akan jatuh juga. Kita sekarang sudah tertangkap”, kata Bos dengan nada sedih. Sungguh bodoh dan tolol perbuatanku menerima pekerjaan itu. Kini aku terjebak di balik jeruji besi yang pengap dan kelam ini. Namun aku yakin meskipun begini, persahabatanku dengan Budi tak akan pernah pudar. Kami selalu bersama walau apapun yang terjadi.

19 komentar:

  1. Ada pesan moral yang disampaikan.Bagus ceritanya sob,mendidik agar kita ga salah jalan.Makasih kunjungannya,tetap semangat untuk terus berkarya meski sudah di penjara,hehehe.Salam kenal and Happy blogging.

    BalasHapus
  2. ini real story atau fiksi sobat,,ceritanya

    BalasHapus
  3. nice posting dan ada pembelajaran disini.
    - salam -

    BalasHapus
  4. tulisannya kasi agak gelap gan, soalnya kalau di pandang lama lama mata agak capek hanya saran saja

    BalasHapus
  5. hmm apa ya, kutang greget saja gitu rasanya.. alurnya terlalu cepat.. Heheh

    BalasHapus
  6. persahabatan begini kayaknya gak oke deh. apa gak ada teman lain ?

    BalasHapus
  7. ok, hmMmm
    sip!
    waspada dlm khupan tu lbih bijak..

    BalasHapus
  8. tapi apakah persahabatan itu akan benar2 terjaga?

    BalasHapus
  9. Ehmmm...Persahabatan buat seseorang memang terkadang menjadi suatu hal yang sangat berarti dan mungkin dilupakan..
    Ceritanya bagus mas...

    BalasHapus
  10. kalau memang sahabat kita telah memilih jalan yg salah, sebaiknya kita bukannya malah ikut2an..tapi kita sebisa mungkin mengajak sahabat kita kejalan yang benar. itu namanya sahabat..
    semangat !!!

    BalasHapus
  11. cerita apa beneran nih sob..? baca lagi ahh biar tambah ngerti,, ahhahaha

    BalasHapus
  12. persahabatan memang seperti madu yang dioplos, biar sudah ga asli lagi tapi masih terasa manis.

    BalasHapus
  13. persahabatan juga bisa mengaburkan antara benar dan salah...kalau sudah bersahabat, biar teman salah juga wajib dibela mati-matian.

    BalasHapus
  14. salam kenal ya mas bro..
    baru pertama kali berkunjung nih.. gambar bulannya kereen

    BalasHapus
  15. berkunjungan nih. singkat banget ceritanya untuk cerita bagus :D

    BalasHapus
  16. nice story....
    semoga bermanfaat...
    :)

    BalasHapus
  17. judulnya sama seperti judul salah satu tulisan saya http://noorzandhislife.blogspot.com/2011/06/kelam.html. hhe... :)

    pesannya masuk, tp alur ceritanya kayaknya terlalu cepat gan!

    BalasHapus