“Ehm, mau ke mana kamu?” tegur suara berat itu mengagetkanku. Sejenak aku hentikan langkahku dan menoleh padanya. “Oh ternyata pak ketua, saya cuma pengen jalan-jalan ke luar saja kok”, jawabku sekenanya. Tapi dengan suara beratnya dan lebih keras dia berkata, “kamu tak boleh keluar sekarang, suasananya sudah tak memungkinkan lagi. Kalau kamu memaksa tak ada gunanya”. Tapi aku lekas berkelit dan langsung pergi tak menghiraukannya. Sejenak kukembangkan sayapku dan terbang keluar menuju ke dunia manusia. “Dasar tak bisa diberitahu!”, teriaknya geram. Namun tak ada gunanya, toh aku sudah terbang sekarang.
Dari atas langit kulihat carut-marutnya dunia manusia. Manusia memang menyedihkan, dan memang yang paling menyedihkan. Mereka lebih baik dan lebih sempurna dari kami. Kami tak diberikan nafsu, sedangkan mereka diberikan oleh-Nya. Nafsu itulah yang kalau tak digunakan dengan baik akan jadi seperti ini. “Dasar payah! Manusia memang payah”, keluhku dalam hati. Tapi sejenak aku ingin turun kesana, melihat langsung seperti apa manusia sekarang. Tak lupa sebelum menginjak bumi, aku menyamar dahulu menjadi kakek renta. Ku hanya ingin tahu apakah manusia masih punya hati dan perasaan nurani.
Pertama kali kudatangi sebuah warung. Di sana sedang berkumpul gerombolan bromocorah yang kayaknya sedang menghitung hasil curiannya. “Pak, mohon sedikit kebaikannya”, kataku. Aku pura-pura saja hanya untuk mengetes mereka. “Pergi kau kakek tua!”, gertak mereka. Eh aku malah mau diusir, tapi dengan secepat kilat aku menghilang. Haha mereka kaget dan kebingungan melihatku aksiku tadi. Ya sudahlah kulanjutkan “penelitianku” ini. Hipotesis pertama: Manusia itu pelit.
Tibalah aku di sebuah panti asuhan. Ya ampun kondisinya sungguh menyedihkan dan memilukan. Apakah manusia sebusuk ini? Kulihat tangan-tangan kecil dengan iba meminta bantuan kepadaku, dengan wajah polos mereka. Kukatakan kalau aku tak bisa menolong mereka. Bukannya tak bisa, tapi kan aku sedang dalam misi “penyamaran” jadi tak boleh buka kedok. Gimana jadinya mereka nanti kalau mereka tahu aku bukan manusia? Wah, bisa gawat. Kupikir manusia sekarang tak punya belas kasih, hanya mau mengurusi urusannya sendiri. Hipotesis kedua: Manusia makhluk individualistik.
Saat kulangkahkan kaki, aku menemukan sebuah hotel, anehnya di tempat parkir hotel itu aku melihat sosok anak perempuan yang kira-kira masih berumur 11 tahun, dimarahi oleh seseorang. Kelihatannya masalahnya hebat banget. Tak mau ikut campur, aku sembunyi di belakang mobil dan mengamati apa yang terjadi. Anak kecil itu menangis dan lari menuju padang ilalang. Ku coba mengejarnya dan memanggilnya. “Hey tunggu aku, nak!”, kataku. Namun sosok anak itu tak menghiraukanku. Terpaksa deh kugunakan ilmuku. Wussh, aku langsung berdiri di hadapannya. “Kamu siapa?”, tanyanya ketakutan. “Aku hanyalah seorang pengembara”, jawabku. “Kulihat tadi kau dimarahi ya, mungkin aku bisa bantu”, kataku. “Emm apakah benar kamu membantuku?”, tanyanya ragu. Kelihatannya dia sedang galau. Akhirnya gadis kecil itu pun mau bercerita padaku. Kami terlibat pembicaraan yang dalam antara dua makhluk yang berbeda.”Oh jadi dia itu ibu kamu. Tapi kenapa dia kasar begitu sama anak sendiri?”, tanyaku. “Ibuku itu adalah pemilik hotel tadi. Beliau selalu memarahi aku karena katanya aku bukan anak berbakti. Aku bukan anak penurut, aku bukan anak yang baik, aku bukan apalah. Pusing aku memikirkannya”, keluh gadis itu.
Sejenak kulihat beban di pundaknya sedikit berkurang setelah mengatakan itu. “Kalau di negeriku kepatuhan adalah hal yang dilakukan oleh setiap makhluk sepertiku. Meskipun terasa kadang-kadang kita tidak sreg, namun kita harus menghormati dan menghargai itu”, kataku. Mungkin ceramahku tadi didengarnya, dia terlihat antusias sekali dengan diriku. “Oh ya, dari negeri mana kau berasal?”, tanya gadis itu. “Emm sebut saja negeri antah berantah. Dimana setiap makhluk di sana hidup bahagia. Karena mereka melakukan hal yang baik di dunia, maka mereka pun mendapatkan balasan yang setimpal”, aku mengatakannya sambil tersenyum. “Tapi aku ingin ke sana sekarang. Aku ingin merasakan nikmat itu”, pintanya. “Tapi kalau kau ke sana sekarang, kau tak akan bisa kembali lagi ke sini. Sebab kau belum mencari dan mengumpulkan kebaikan di dunia ini. Patuhilah perintah ibumu dan ikhlas menerima. Ibumu pasti tak akan menjerumuskanmu. Cepat kembalilah ke ibumu”, ceramahku kali ini lebih panjang dari yang tadi. Akhirnya anak itu tersadar dan sebelum dia pergi, dia mengatakan satu hal kepadaku. “Aku ingin menjadi indah”, katanya. Dia pun tersenyum lalu pergi meninggalkanku. Aku masih tidak mengerti kata-kata terakhirnya itu. Segera aku memutuskan untuk kembali ke tempatku. Kata-kata itu masing terngiang di kepalaku. Rasanya aku ingin menceritakan semua ini ke pak ketua. Teringat akan pak ketua, aku jadi berharap semoga aku tak dimarahi gara-gara tak mematuhi perintahnya. Ah, sungguh merepotkan.
ckckckck... manusia memang menyedihkan yah, yaa begitulah kehidupan yg mmbentuk sifat dan karakter manusia, uniknya, karakter yg terbentuk itu beragam dan tidak sama, semoga kita selalu lebih baik ..
BalasHapuscritanya menarik sob,, menginspirasi,,hampir larut nih ngikuti jalan ceritanya,,
BalasHapusbanyak inspirasi yg saya dapat dari membaca artikel ini, terima kasih sobat,,
BalasHapuswewww semoga bisa menjadi inspirasi saya setelah cerita ini..
BalasHapussi Aku menceramahi si adik... :D???padahal dia sendiri ndak naati aturan....
BalasHapuspesan moral yg bagus :D
kyk anggota DPR saja :D
btw...selamat hari blogger :D
semua akan menjadi indah, jika dilihat dari "atas", dalam arti penuh takzim memandang semua ini bagian dari keseimbangan perjalanan dunia yang terus berproses memuai menuju ketiadaan.
BalasHapusSemoga keinginan gadis itubisa tercapai ya..
BalasHapusKasihan dia. Selalu jadi bulan2n ibunya.
seg tha.....,
BalasHapushampir mirip karo lagu'e padi
"begitu Indah"
ayooo komment balik
follow n tuker link jg yooo
itulah realita manusia gan!tersentuh saat baca 'aku ingin jadi indah'... :D
BalasHapusnice post gan!
napa cerita2 begini serig pake tokoh pengembara ya? jadi pengen mengembara neh
BalasHapusAku jawab di sini ya, silakan mas ikut. Aku tunggu yaaa :)
BalasHapus