Laman

Pencarian

Jumat, 07 Oktober 2011

Dualisme takdir dalam masyarakat


Takdir menjadi suatu kata yang tak dapat dipisahkan terutama bagi pemahaman agama. Agama manapun, baik itu agama samawi (yang berasal dari Tuhan) atau agama yang lain pun mengenal istilah takdir. Takdir sendiri menurut saya adalah..
suatu ketetapan dari Tuhan yang ditujukan untuk makhluk ciptaan-Nya. Sedangkan definisi lain menunjukkan bahwa sesungguhnya takdir itu tak bisa diubah. Namun ada juga sebagian orang yang berpendapat bahwa takdir itu bisa diubah. Lalu manakah yang benar?

Sesungguhnya pemahaman perbedaan mengenai takdir ini sudah terjadi sejak lama. Setahu saya mungkin sudah terjadi sejak tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Di dalam Islam sendiri ada dua “aliran” besar atau konsep takdir, yaitu Jabariyah dan Qadariyah. Jabariyah adalah aliran takdir yang mempercayai bahwa segala sesuatu kehidupan sudah diatur dan ditentukan oleh Allah SWT. Sudah jelas makna dari Jabariyah ini, dan biasanya orang-orang yang menganut aliran ini adalah orang-orang pedesaan yang masih tradisional seperti di desa saya. Ada kelebihan juga kekurangan mengenai pemikiran takdir ini. Baiknya adalah bahwa orang yang menganut aliran ini akan merasa senantiasa hidupnya tenang, tentram dan penuh kesyukuran menerima apapun kondisi dirinya. Hal ini dikarenakan mereka sudah yakin bahwa kisah hidup mereka sudah ditentukan jauh sebelum mereka lahir oleh Allah SWT dan mereka dengan ikhlas menerimanya. Namun ternyata ada juga sisi lain dari ini. Yaitu orang-orang Jabariyah cenderung “agak pasif” dalam usahanya.

Sedangkan Qadariyah adalah suatu pemikiran takdir yang meyakini bahwa sesungguhnya nasib dan kehidupan manusia ditentukan oleh diri manusia itu sendiri. Hal ini menyebabkan orang Qadariyah cenderung aktif dan optimis menghadapi kehidupan ini. Dan ini bisa membuat mereka menjadi maju dan lebih baik, semisal seperti AS, Jepang, Bangsa-bangsa Eropa mereka menganut “konsep” ini. Bisa kita tebak jika keadaan mereka sekarang jauh lebih baik dan lebih maju. Sisi lain dari Qadariyah adalah bahwa kadang-kadang mereka lupa akan kuasa Tuhan, sehingga menyebabkan mereka stress, tidak bersyukur dan selalu merasa kurang. Kemudian lahirlah konsep baru yang bernama “Neo-Jabariyah” yang berpendapat bahwa kita boleh berusaha untuk lebih baik (Qadariyah), namun segala hasil akhirnya ditentukan oleh Allah SWT (Jabariyah). Konsep ini merupakan jalan tengah antara Qadariyah dan Jabariyah. Apapun keyakinan dan aliran takdir manusia, bahwa sesungguhnya hakikatnya sama yaitu kita harus tetap menghargai perbedaan pendapat masing-masing individu.


8 komentar:

  1. ikut nyimak sob,, semua org punya cara pandang dan kebenarannya sendiri2 dalam menyikapi yg namanya takdir,, met pagi sob

    BalasHapus
  2. ikutan orang yang diatas!! nyimak juga..:)

    lam ukhuwah..

    BalasHapus
  3. Jadi kesimpulannya, semua takdir kita telah di tentukan oleh Allah SWT. tinggal kita saja bagaimana merubah takdir kita menjadi lebih baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.

    BalasHapus
  4. pertanyaan saya apakah takdir bisa berubah??

    follow dunk web-cintaindonesia.blogspot.com

    BalasHapus
  5. setuju sama yg lain juga :)
    yang aq yakini tak bisa diubah adalah datangnya jodoh dan kematian :)

    BalasHapus
  6. saya ingat belajar paham jabariyah dan qadariyah di Ilmu Kalam dulu...
    Bagus blognya :)

    BalasHapus
  7. menurut saya kedua konsep takdir tersebut masih kurang tepat..
    adapaun yg ketiga (neo jabariyah) jg malah menimbulkan dampak manusia mudah mengkambinghitamkan tuhan apabila mengalami kegagalan padahal sdh berusaha keras..

    BalasHapus